Jalur Hijaz Suriah Hidupkan Kembali Harapan Regional

Pertemuan bersejarah digelar di Amman antara pejabat transportasi Turki, Suriah, dan Yordania. Dalam forum itu, ketiga negara sepakat untuk membuka lembaran baru dalam kerja sama regional dengan membicarakan pengaktifan kembali jalur kereta api Hijaz. Jalur ini, yang pernah menjadi nadi perdagangan dan mobilitas manusia, kini dilirik sebagai kunci kebangkitan kawasan.

Pembahasan utama dalam pertemuan itu adalah rehabilitasi jalur yang menghubungkan Turki hingga Yordania melalui Suriah. Jalur sepanjang lebih dari 1.300 kilometer ini pernah menghubungkan dunia Arab dengan Anatolia, dan kini digadang-gadang bisa kembali memainkan peran vitalnya. Studi kelayakan akan segera dilakukan untuk memastikan rencana ini berjalan realistis.

Turki, yang memiliki kepentingan strategis besar dalam pembangunan lintas batas, langsung menunjukkan komitmennya. Menteri Transportasi Turki Abdulkadir UraloÄŸlu menyatakan pihaknya telah menyiapkan dana 120 juta dolar. Dana ini difokuskan untuk merehabilitasi jalur antara Gaziantep dan Aleppo, salah satu ruas yang paling penting sekaligus paling terdampak konflik.

Suriah pun mendapat peran penting dalam proyek ini. Meski banyak jalur rel di negara itu mengalami kerusakan parah sejak 2011, semangat membangun kembali tidak pernah padam. Bukti nyata terlihat ketika jalur Aleppo–Hama berhasil dihidupkan kembali pada Agustus lalu. Momentum ini menjadi sinyal positif bahwa jalur kereta api bisa kembali menggeliat.

Yordania, yang sejak lama menjadi simpul utama jalur Hijaz, siap berkontribusi dalam aspek teknis. Negeri itu akan bertanggung jawab atas pemeliharaan lokomotif Suriah, memperlihatkan keseriusan dalam menjaga kelancaran operasional lintasan. Dukungan ini juga menegaskan bahwa Yordania ingin berdiri sebagai pilar stabilitas kawasan.

Proyek besar ini bukan hanya sekadar soal transportasi, melainkan juga kebangkitan ekonomi. Dengan jalur Hijaz aktif, pergerakan barang antarnegara akan lebih cepat, murah, dan aman. Sektor perdagangan diharapkan bisa hidup kembali, menghidupkan kota-kota yang selama ini terisolasi oleh konflik dan perbatasan yang kaku.

Keuntungan lain dari proyek ini adalah integrasi energi dan sumber daya alam. Jalur Hijaz memiliki sejarah panjang sebagai jalur pengangkut fosfat dari tambang menuju pelabuhan Aqaba. Jika diaktifkan kembali, jalur ini bisa membuka peluang ekspor yang lebih luas bagi berbagai produk kawasan, sekaligus menarik investor baru.

Dari sisi pariwisata, jalur ini juga berpotensi besar. Banyak stasiun dan kota yang dilewati kereta Hijaz memiliki nilai sejarah dan budaya. Dengan restorasi, kereta ini bukan hanya alat transportasi, melainkan juga simbol perjalanan lintas peradaban yang akan menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Bagi Suriah, proyek ini membawa makna yang lebih dalam. Setelah lebih dari satu dekade dilanda perang, upaya untuk memperbaiki jaringan kereta api adalah tanda kembalinya kehidupan normal. Kereta yang melintas di rel Suriah kelak bisa menjadi saksi kebangkitan ekonomi dan sosial negara itu.

Turki melihat proyek ini sebagai bagian dari strategi integrasi regional yang lebih luas. Dengan menghubungkan Anatolia, Levant, hingga Teluk, Turki bisa memperkuat posisinya sebagai pintu gerbang perdagangan antara Asia, Eropa, dan dunia Arab. Kereta Hijaz menjadi jembatan nyata dari visi itu.

Yordania juga akan mendapatkan manfaat ganda. Selain memperkuat perannya dalam jalur logistik internasional, negeri itu akan lebih mudah mengakses pasar besar di utara dan selatan. Peningkatan aktivitas pelabuhan Aqaba juga diproyeksikan menambah pemasukan negara.

Sejarah panjang jalur Hijaz memperlihatkan betapa besarnya arti transportasi dalam membangun kawasan. Dibangun pada era Ottoman, jalur ini awalnya ditujukan untuk menghubungkan Istanbul dengan Madinah. Namun dalam perjalanannya, jalur ini menjadi tulang punggung perdagangan yang menyatukan kota-kota besar di Timur Tengah.

Kini, dengan langkah-langkah nyata yang sudah disepakati, masa lalu itu hendak dihidupkan kembali dalam wajah baru. Rel tua akan dipugar, stasiun-stasiun lama akan diperbaiki, dan jalur yang pernah mati suri akan kembali berdenyut. Optimisme inilah yang melingkupi diskusi di Amman.

Bagi rakyat Suriah, Yordania, maupun Turki, kereta ini adalah simbol harapan. Anak-anak yang tumbuh dalam suasana sulit bisa membayangkan masa depan yang lebih lancar, di mana bepergian ke kota lain tidak lagi menjadi mimpi. Mobilitas yang terjamin akan membuka pintu pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.

Proyek jalur Hijaz juga dipandang sebagai penangkal isolasi politik. Dengan rel yang saling terhubung, negara-negara di kawasan dipaksa untuk bekerja sama. Jalur kereta menjadi perekat baru yang melampaui batas diplomasi, menciptakan interaksi nyata antarwarga di lintas perbatasan.

Keberhasilan menghidupkan kembali jalur ini bisa menjadi inspirasi bagi kawasan lain yang pernah terpecah konflik. Ia menunjukkan bahwa infrastruktur bisa menjadi jalan menuju perdamaian, karena setiap rel yang tersambung berarti memperpendek jarak, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional antarbangsa.

Tidak bisa dipungkiri, tantangan teknis dan politik masih besar. Namun semangat kolektif yang muncul memberi alasan untuk tetap optimis. Setiap negara terlibat membawa bagian tanggung jawabnya, dan dunia menanti hasil nyata dari kolaborasi ini.

Jika berhasil, jalur Hijaz akan menjadi kisah baru tentang kebangkitan Timur Tengah. Dari rel yang berdebu, lahir harapan baru akan kawasan yang lebih makmur, stabil, dan saling terhubung. Dunia akan kembali melihat bahwa tanah ini mampu bangkit dengan kakinya sendiri.

Dengan semangat itu, proyek kereta Hijaz tidak hanya tentang rel baja dan lokomotif. Ia adalah tentang manusia yang ingin bergerak maju, tentang bangsa yang ingin terhubung, dan tentang kawasan yang ingin kembali menjadi pusat peradaban. Optimisme ini yang kini mengiringi setiap langkah pembangunan.

Pada akhirnya, jalur Hijaz bukan sekadar warisan sejarah, tetapi juga janji masa depan. Dari Turki, melalui Suriah, hingga Yordania, kereta ini akan membawa pesan bahwa meski luka masih ada, harapan untuk bangkit tetap lebih kuat. Dan dari rel inilah, Timur Tengah menuliskan babak baru perjalanannya.

Post a Comment

0 Comments